
Klaten adalah sebuah kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki sejarah panjang. Asal-usul namanya dikaitkan dengan kata “klathi” atau “buah bibir” yang kemudian berubah menjadi Klaten. Ada juga cerita tentang seorang Kyai bernama Mlati yang datang ke daerah tersebut dan tempat tinggalnya kemudian disebut Sekolekan, yang akhirnya menjadi Klaten. Hari jadi Klaten diperingati setiap tanggal 28 Juli, berdasarkan pendirian Benteng atau Loji Klaten pada tahun 1804.
Asal Usul Nama Klaten:
- Versi “Klathi”:Nama Klaten berasal dari kata “klathi” yang dalam bahasa Jawa berarti “buah bibir” atau “yang dibicarakan”. Daerah ini dikenal karena kesuburannya, sehingga menjadi bahan pembicaraan.
- Versi Kyai Mlati:Versi lain menyebutkan bahwa nama Klaten berasal dari seorang tokoh bernama Kyai Mlati yang datang ke daerah tersebut dan membuka pemukiman.
- Perubahan Nama:Kata “klathi” kemudian mengalami perubahan pelafalan menjadi “Klaten” untuk memudahkan pengucapan.
Hari Jadi Klaten:
- Benteng Engelenburg: Hari jadi Klaten ditetapkan pada tanggal 28 Juli, berdasarkan pendirian Benteng Engelenburg pada tahun 1804.
- Peraturan Daerah: Penetapan ini didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007.
- Peringatan: Tanggal 28 Juli diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Klaten setiap tahun.
Sejarah Klaten:
- Masa Lalu:Klaten memiliki sejarah yang kaya, termasuk masa Mataram Kuno, era kolonial, dan masa kemerdekaan.
- Kota Seribu Candi:Klaten dikenal sebagai “Kota Seribu Candi” karena banyaknya candi yang ditemukan di wilayahnya, seperti Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Plaosan.
- Pusat Perdagangan dan Industri:Klaten juga pernah menjadi pusat perdagangan dan industri, terutama industri gula pada masa kolonial Belanda, meskipun kini sebagian besar sudah tidak beroperasi.
- Perekonomian:Pertanian tetap menjadi sektor penting di Klaten, menjadikannya daerah penyangga pangan di Jawa Tengah.
- Transportasi:Stasiun Klaten menjadi salah satu stasiun penting di jalur Solo-Yogyakarta, yang mendukung mobilitas penduduk.